Sabtu, Desember 30, 2023

Gereja Katolik: Pelacur Besar atau The Whore of Babylon?

 

                                                               (Ilustrasi/Pixabay)

Latar Belakang Tuduhan

Buku berjudul Are We Living in the End of Times karya Tim F. Lahaye dan Jerry B. Jenkins adalah sumber dari tuduhan bahwa Gereja Katolik adalah Pelacur besar atau the Whore of Babylon. Seperti diketahui, Tim F. Lahaye dan Jerry B. Jenkins adalah penulis buku-buku yang sangat keras menolak dan menuduh Gereja Katolik, bahkan menuduh Paus sebagai antikristus. Misalnya saja, pada hlm. 172 buku karya mereka membuat klaim sejarah yang mengatakan bahwa “Setiap agama palsu di bumi berasal dari atau berlatar belakang dari agama babylon”. 

Cacat Logika Buku End Times

Membuat klaim bahwa Aztec, Mitos Romawi, Yunani, agama kaum aborigin, confucius dan aliran kepercayaan mempunyai sumber yang sama yakni agama kuno babilon. Klaim itu cacat logika karena setiap agama mempunyai sistem kepercayaan (Teologi dan Filosofi) yang berbeda dan saling bertentangan. Jadi tidak masuk akal bila dikatakan berasal dari sumber yang sama.

Ratu Surga Berasal Dari Ajaran Pagan?

Pertama, gelar ‘ratu surga’ (gebiyrah) yang diberikan kepada Maria tidak sama dengan gelar ‘ratu surga’ (meleket) yang diberikan kepada dewi kesuburan bangsa semit yang diceritakan dalam Yer. 7:18, 44:17. Adapun dewi kesuburan bangsa semit adalah Astoret atau Astarte.

Kedua, gelar Bunda Maria sebagai Ratu Surga mengacu pada penglihatan Rasul Yohanes dalam Wahyu 12:1-6. Dikatakan di sana bahwa ada seorang perempuan bermahkota melahirkan seorang anak yang menggembalakan segala bangsa dengan gada besi (bdk. Why. 12: 1, 5). Perempuan yang bermahkota dan melahirkan seorang anak itu adalah Maria. Sementara itu, anak yang dilahirkannya adalah Yesus, gembala segala bangsa.

Ketiga, semua orang kudus menerima mahkota kehidupan, termasuk Bunda Maria (bdk. 2 Tim. 4:8). Apalagi, Bunda Maria berhasil melaksanakan kehendak Allah sampai akhir hayatnya. Maka, pastilah menerima mahkota kehidupan (bdk. Yak. 1:12, 1 Pet. 5:4, Why. 2:10).

Keempat, Perjanjian Lama mencatat bahwa seorang ‘ratu’ (gebiyrah) dihormati bersama raja dan namanya dicantumkan bersama dengan raja (bdk. Yer. 13:18, 1 Raj. 14:21, 15:9-10, 22:42; 2 Raj. 12:2; 14:2; 15:33). Padahal, dalam Gereja Katolik, pemberian gelar ‘ratu surga’ kepada Bunda Maria sama sekali bukan sebagai saingan atas keutamaan Yesus Kristus yang adalah penyelamat. Gelar ‘ratu surga’ yang disematkan pada Bunda Maria semata-mata berkaitan dengan perannya dalam melahirkan Yesus Kristus, Sang Raja dan penyelamat (bdk. Mat. 1:22-23, Yes. 7:14).

Inkuisisi Tindakan Iblis yang Menyusup Dalam Gereja?

Inkuisi dilakukan untuk mengadili orang-orang yang mengajarkan ajaran sesat. Inkuisisi diadakan oleh negara (misalnya inkuisisi di Spanyol tahun 1478). Gereja hanya menyadarkan orang-orang atau kelompok yang mengajarkan ajaran sesat agar bertobat dan meninggalkan ajaran sesatnya. Jika tidak mau mendengar, maka orang atau kelompok tertentu itu akan berhadapan dengan pengadilan negara.

Inkuisisi dilakukan agar tidak menimbulkan kebingungan di antara umat tentang ajaran yang benar sesuai dengan ajaran Katolik dan Apostolik. Pada masa itu, pengajar ajaran sesat dianggap sebagai tindakan kriminal oleh negara. Orang-orang yang dihukum diantaranya mengajarkan gnostisisme, Manikheisme, arianisme, dan lain sebagainya. Bisa dibayangkan jika dahulu tidak ada ketegasan demikian. Mungkin saat ini aliran-aliran bisa jutaan melebihi aliran protestan yang mencapai 33.000  (tahun 2001) di seluruh dunia menurut buku David B. Barret.

Jubah Para Imam, Uskup dan Paus Ditafsirkan Sebagai Lambang Anti Kristus?

Putih memiliki makna: kegembiraan, kemurnian, kepolosan, dan kemuliaan (Dan 7:9; Mrk 9:2-3, Why 3:4-5). Boleh diganti kuning atau emas (warna cahaya) bila perayaan lebih bernada kemuliaan atau kemenangan (Kej 1:3-5, Yes 45:7)

Merah memiliki makna: darah kemartiran, api ilahi (Roh Kudus), cinta, pengorbanan, dukacita, mati raga, penantian (Kel 28:31,33; Sir 10:9, Yer 6:26).

Ungu memiliki makna: menggairahkan.

Hitam memiliki makna: kesedihan, keberdosaan, pertobatan/perkabungan.

Jingga memiliki makna: sukacita.

Hijau memiliki makna: kesuburan, harapan (Kej 1:11-12, Ul 32:2, Luk 23:31).

Biru memiliki makna: warna langit ini bisa berarti kebijaksanaan ilahi yang dihembuskan oleh Roh Kudus (Yoh 3:8).

Janji Yesus Terhadap Gereja-Nya

Yesus mendirikan Gereja-Nya di atas batu karang, Petrus dan berjanji akan menyertai sampai akhir Zaman (Mat. 16:18, 28:20). Tidak mungkin Yesus mengingkari janji-Nya yang setia menjaga dan melindungi Gereja-Nya. Maka, tidak mungkin Gereja yang didirikan Kristus adalah the whore of Babylon atau anti terhadap diri-Nya sendiri. Kristus adalah kepala dan pemimpin Gereja, sementara Gereja sendiri adalah Tubuh Mistik-Nya.

Kapan Gereja Katolik Ada?

Kata ‘katolik’ bukan istilah baru, Kisah Para Rasul 9:31 menuliskan asal mula kata Gereja Katolik “Ekklesia Katha Holos“. Bahkan sejak zaman Santo Polycarpus (murid Rasul Yohanes) telah digunakan untuk menegaskan iman Kristiani yang otentik berhadapan dengan kaum bidat/Heresy. Pada tahun 107 Santo Ignatius dari Antiokhia menggunakan nama Gereja Katolik dalam suratnya kepada jemaat di Smyrna. Isi surat itu menegaskan Gereja Katolik sebagai satu-satunya yang didirikan oleh Kristus. Oleh sebab itu, tidak heran dalam Syahadat Nicea-Konstantinopel maupun Syahadat Singkat menyebut “Aku Percaya akan Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik.

Referensi

·       Katolisitas: https://www.katolisitas.org/apakah-gereja-katolik-adalah-the-whore-of-babylon/?fbclid=IwAR10fjV1AuuXgfxf-bBJOKWahmjTjUhHusGJF6ut1ongQqAHPaTBlq_rzvY

·       Silvester Detianus Gea dalam JalaPress: https://jalapress.com/benarkah-paus-anti-kristus/

·       Pembahasan tentang Inkuisisi lihat: https://www.katolisitas.org/tentang-inkuisisi-inquisition/

·       https://liturgiekaristi.wordpress.com/category/d-benda-benda-liturgi/2-baju-liturgi/

·       Silvester Detianus Gea dalam JalaPress; https://jalapress.com/maria-ratu-surga-dalam-katolik-bukan-dewi-kesuburan/

Penyadur: Silvester Detianus Gea

 

 

 

 

 

 

Jumat, Desember 29, 2023

Natal 25 Desember: Hari Raya Kelahiran Dewa Matahari dan Saturnalia?

(Ilustrasi: Pixabay)


Kelahiran Dewa Matahari dan Saturnalia

Kaisar Aurelianus menetapkan 25 Desember tahun 274 sebagai perayaan Sol Invictus. Uang logam saat itu menyebutkan bahwa Kaisar Aurelianus sebagai Imam Agung Matahari (Pontifex Solis atau Pontiff of the Sun). Jadi Aurelianus mendirikan kultus itu pada akhir abad ke-3. Sementara itu, sebuah manuskrip kuno (354) menuliskan tentang perayaan tanggal 25 Desember demikian “N INVICTI CM XXX.” Perhitungannya yakni N artinya Nativity (kelahiran), Invicti artinya yang tak terkalahkan, CM artinya circenses missus (diperintahkan), dan XXX artinya tiga puluh. Apabila dibuat dalam kalimat berarti tiga puluh permainan yang ditentukan untuk kelahiran yang tak terkalahkan pada 25 Desember. Tidak disebutkan ‘matahari’. Maka, kita dapat meragukan bahwa tidak ada bukti bahwa perayaan tanggal 25 Desember mengacu kepada dewa matahari.

Bukti lain adalah prasasti dari zaman Kaisar Licinius, menuliskan bahwa perayaan Sol Invictus itu jatuh pada tanggal 18 November dan 19 Desember. Tidak ada bukti historis tentang perayaan Natalis Sol Invictus pada tanggal 25 Desember, sebelum tahun 354. Justru dari keterangan tersebut menunjukkan variasi tanggal perayaan Sol Invictus yang marak dilakukan pada abad ke-4 dan ke-5. Sesungguhnya tanggal 25 Desember menjadi hari “Kelahiran Dewa Matahari yang tak terkalahkan ada dan popular sejak kaisar Julian si murtad (Ia pernah menjadi Kristen, lalu kembali menganut pagan Romawi. Kaisar Julian ini yang mempopulerkan 25 Desember itu setelah ia murtad. Dapat dikatakan bahwa Kaisar Julian membuat sebuah tandingan untuk mengecoh umat Kristen, sehingga ia membuat ketentuan bahwa pada tanggal 25 Desember menjadi hari libur bagi kaum pagan.

So, Dewa Matahari yang tak terkalahkan bukanlah dewa yang terkenal dan popular di kekaisaran Romawi. Kalender Romawi kuno hingga masa kekristenan tidak mencatat adanya tradisi perayaan pagan pada tanggal 25 Desember.  Seperti diketahui, saturnalia merupakan peringatan winter solstice yakni titik terjauh matahari dari garis khatulistiwa. Perayaan winter solstice diadakan pada tanggal 17-23 Desember bukan pada 25 Desember. Perayaan Saturnalia ini lebih populer daripada Sol Invictus. Dan kemungkinan besar Kaisar Julian si murtad inilah yang berusaha mengecoh umat Kristen. Jadi tuduhan bahwa 25 Desember merupakan hari kelahiran Dewa Matahari atau Saturnalia merupakan sebuah hipotesa (dugaan) para polemikus.

Kesaksian Kitab Suci dan Bapa-Bapa Gereja

Menurut St. Yohanes Krisostomus, tanggal kelahiran Yesus dihitung dari kelahiran Yohanes Pembaptis. St. Lukas, dalam Injil yang ditulisnya, mengatakan bahwa pada suatu saat Zakaria dari ‘rombongan Abia’ melakukan tugas keimaman di hadapan Tuhan (Luk. 1:5). Keturunan Harun dibagi ke dalam dua puluh empat rombongan (1 Taw. 24). Dua puluh empat rombongan itu bertugas untuk menyelenggarakan ibadah dalam suatu rotasi sepanjang tahun. Setiap rombongan imam melayani satu minggu di bait Allah, dua kali setahun. Rombongan Abia melayani di giliran ke-8 dan ke-32 dalam siklus tahunan.

Josef Heinrich Friedlieb dengan sangat yakin mengatakan bahwa rombongan imam pertama, Yoyarib, bertugas sepanjang waktu penghancuran Yerusalem pada hari ke-9 pada bulan Yahudi yang disebut bulan Av.  Maka, masa rombongan imamat Abia (yaitu masa Zakaria bertugas) melayani adalah minggu kedua bulan Yahudi yang disebut Tishri, yaitu minggu yang bertepatan dengan the Day of Atonement, hari ke-10. Di kalender kita, the Day of Atonement dapat jatuh di hari apa saja dari tanggal 22 September sampai dengan 8 Oktober. Jika dihitung dari bulan Oktober, November, Desember, Januari, Februari, Maret, maka tepat 6 (enam) bulan.

Dikatakan dalam Injil Lukas bahwa Elisabet mengandung beberapa saat setelah masa pelayanan Zakaria (lih. Luk. 1:24). Konsepsi St. Yohanes Pembaptis terjadi sekitar akhir 22 September sampai 8 oktober, sehingga perhitungan empat puluh minggu setelahnya, menempatkan kelahiran Yohanes Pembaptis di akhir Juni. Meneguhkan perayaan Gereja Katolik tentang Kelahiran St. Yohanes Pembaptis pada tanggal 24 Juni. Kitab Suci menjelaskan bahwa sesaat setelah Perawan Maria mengandung, ia pergi untuk mengunjungi Elisabet yang sedang mengandung di bulan yang ke-6. Artinya, umur Yohanes Pembaptis 6 bulan lebih tua daripada Yesus Kristus (lih. Luk. 1:24-27, 36). Jika 6 bulan ditambahkan kepada 24 Juni maka diperoleh 24-25 Desember sebagai hari kelahiran Kristus.

Apabila tanggal 25 Desember dikurangi 9 bulan, diperoleh hari peringatan Kabar Gembira (Annunciation) yaitu tanggal 25 Maret. Jika Yohanes Pembaptis dikandung segera setelah the Day of Atonement, maka tepatlah penanggalan Gereja Katolik, yaitu bahwa kelahiran Yesus jatuh sekitar tanggal 25 Desember.

Kesaksian Bunda Maria

Tradisi Suci juga meneguhkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Tuhan Yesus. Sumber dari Tradisi tersebut adalah kesaksian Bunda Maria sendiri.  Sebagai ibu tentu Maria mengetahui dengan rinci tentang kelahiran anaknya, yang diteruskan oleh para rasul kepada Gereja. Bunda Maria pasti mengingat secara detail kelahiran Yesus ini yang begitu istimewa, yang dikandung tidak dari benih laki-laki, yang kelahirannya diwartakan oleh para malaikat, lahir secara mukjizat dan dikunjungi oleh para majus.

Sebagaimana umum bahwa orang bertanya kepada orangtua yang membawa bayi akan umur bayinya, demikian juga orang saat itu akan bertanya, “Berapa umur anakmu?” kepada Bunda Maria. Maka, tanggal kelahiran Yesus 25 Desember, sudah diketahui sejak abad pertama.

Iman Gereja Perdana

Gereja perdana merayakan kebangkitan Yesus sebagai momen utama bagi umat untuk mengungkapkan iman. Pada masa itu perayaan kelahiran Yesus belum menjadi perhatian utama Gereja. Menjadi perhatian Gereja pada abad ke 3 Masehi. Kesaksian akan hal tersebut diperoleh dari catatan St. Clemens dari Alexandria (+150-210 Masehi). Dalam catatannya, ia menjelaskan bahwa ada upaya Gereja untuk menentukan kapan tanggal kelahiran Yesus.

Gereja mulai melihat bahwa kelahiran Yesus merupakan bagian dari peristiwa paskah. Sebab tidak ada kebangkitan tanpa peristiwa kelahiran. Hal itu terlihat dari liturgi Natal yang mengutip Prolog Injil Yohanes (1:1-18). Melalui perikop tersebut peristiwa Inkarnasi menjadi nyata. Peristiwa Inkarnasi itu telah dinubuatkan oleh nabi Yesaya (Yes. 52:7-10) dan diteguhkan oleh surat kepada Orang Ibrani (Ibr. 1:1-6). Iman Gereja dilanjutkan hingga sekarang, yang menghubungkan Misteri paskah dan Misteri Inkarnasi. Lagi pula dalam perayaan Misa malam Natal (Vigili), bacaan-bacaan menceritakan bagaimana Yesus menyerahkan diri demi keselamatan umat manusia (Tim. 2:14).

Menurut Injil Lukas, malaikat Gabriel menyampaikan Kabar Gembira kepada Maria, ketika Elizabeth telah mengandung enam bulan (Luk. 1:24-26.36). St. Yohanes Krisostomus (347-407), mengatakan peristiwa kabar gembira tersebut terjadi pada bulan Purnama tanggal 14 Nisan, yang sepadan dengan 25 Maret (Hari Raya Kabar Sukacita). Dalam khotbahnya yang berjudul In Diem Natalem, ia menjelaskan bahwa Yesus Kristus lahir sembilan bulan kemudian, yakni tanggal 25 Desember.

Ahli Kitab Suci, Tommaso Federici († 2002), pengajar di Universitas Kepausan Urbaniana di Roma, mengatakan: “Kelahiran Tuhan pada tanggal 25 Desember adalah tanggal sejarah, yaitu 15 bulan setelah kabar Malaikat Tuhan kepada Zakharia, 9 bulan setelah kabar kepada Bunda Perawan Maria, dan 6 bulan setelah kelahiran Yohanes Pembaptis”.

Tahun Kelahiran Yesus

Dalam buku Jesus of Nazareth: The Infancy Narratives Emeritus Paus Benediktus XVI tidak mempersoalkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Paus hanya mengutip pandangan seorang astronom Wina, Ferrari d’Occhieppo yang memperkirakan bahwa terjadi konjungsi planet Yupiter dan Saturnus pada tahun 7-6 Sebelum Masehi. Astronot itu berkesimpulan bahwa tahun itulah tahun kelahiran Yesus sehingga ada cahaya bintang yang terang di Betlehem yang menuntun orang Majus.

Referensi

Penyadur: Silvester Detianus Gea

Senin, Oktober 16, 2023

PIANO 1 ONIKA, K-Pop : Kristus Pokok Pengharapan


PIANO ( Pendalaman Iman ala Onika) 15-10-2023 sangat membawa sukacita, diikuti oleh ratusan OMK dari berbagai daerah selain di P. Nias, diawali 3 buah lagu dari anak2 Gen Prima Unggul dan ditutup dgn lagu dari OMK Dola.

Sharing pengalaman iman oleh Romo Doni (P.Nias), Fr. Paul ,OSC (USA) dan Pasutri Martin Gea & Debby Tampubolon (Jakarta) yang dipandu oleh Ibu Evi (Waket 3 STP Dian Mandala P. Nias);
Dibuka oleh Ketua ONIKA Pastor Onesius Otenieli Daeli , Sambutan oleh Penasehat Bapak Selsus Baeha dihadiri oleh para Pengurus dan Penasehat ONIKA lainnya.
Doorprize dari Ibu Nani Gea dan Pak Fidelis Harefa dan Onika, semakin membuat suasana para OMK aktif bertanya dan menjawab beragam pertanyaan.
Terima kasih kepada para Panitia hebat: Katekis Stefanus Hulu , Katekis Niasti Sarumaha , Katekis Rudolf Ingatan Sihura , Pak Ollyn Yarman Zb dan Samson Halawa dlm pendampingan Pastor Ote shg acara PIANO ini berjalan lancar...

(Cuplikan tulisan dari Bpk Martinus M. Gea di Facebook)